Rabu, 25 Maret 2009

Anggaran Rumah Tangga PUI

Pasal 1

Intisab
Bismillahi ar-Rahmani ar-Rahim.
Asyhadu an la ilaha illa Allah Wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah. Allahu ghayatuna.Wa al-ikhlashu mabda’una, Wa al-islahu sabiluna, wa al-mahabbah syi’aruna Nu’ahidullaha, ‘ala as-sidiqi, wa al-ikhlasi, wa al-yakini, wa thalabi ridallahi fi al-amali baina ‘ibadihi bi at-tawakkuli ‘alaihi. Bismillahi ar-Rahmani ar-Rahimi. Bismillahi wa la haula wa la quwwata illa billahi al-’aliyi al-azim.
Allahu Akbar.

Bismillahi ar-Rahmani ar-Rahim.

Asyadu an al ilaha alla Allah Wa asyhadu anna Muhammadan Rasullullah.
ALLAH tujuan pengabdian kami; IKHLAS dasar pengabdian kami; ISHLAH jalan pengabdian kami; MAHABBAH panji-panji kami.

Kami berjanji kepada Allah, untuk berlaku benar, ikhlas dan yakin, dan mencari ridla-Nya dalam beramal, diantara hamba-hambanya dengan bertawakkal kepada-Nya.

Bismillah, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan, selain atas kekuasaan Allah Yang Maha Tinggi, Maha Agung; ALLAHU AKBAR.


Pasal 2

ISLAH TSAMANIAH

1.Islah Akidah
2.Islah Ibadah
3.Islah Da’wah dan Tarbiyah
4.Islah Aillah
5.Islah Mujtama (Sosial)
6.Islah Adah (Adat kebiasaan)
7.Islah Iqtisad (Perekonomian)
8.Islah Umah

Pasal 3

KEANGGOTAAN
1.Anggota Perhimpunan terdiri atas:
a. Anggota Biasa : adalah orang muslim atau muslimah yang telah memenuhi persyarat.
b. Anggota Kehormatan: adalah seorang muslim atau muslimah yang telah berjasa kepada Perhimpunan.

2. Syarat-syarat menjadi anggota biasa :

a. Mengajukan permintaan menjadi anggota secara tertulis kepada pengurus Perhimpunan terdekat dengan persetujuan sedikitnya dua orang anggota lama, untuk diteruskan kepada Pengurus Besar.
b. Bersedia mendukung dan melaksanakan Usaha-usaha yang sesuai dengan tujuan Perhimpunan.
c. Membayar uang pangkal, uang iuran bulanan dan iuran lainnya yang besarnay ditetapkan oleh Perhimpunan
d. Calon anggota sebelum menerima kartu angota dari Pengurus Besar, oleh pengurus Perhimpunan terdekat angota tersebut diberi kartu calon anggota yang bentuknya ditetapkan oleh Pengurus Basar.

3. Sahnya keanggotaan dan pemberian kartu anggota:

a. Seorang calon anggota dinyatakan sah sebagai anggota biasa apabila telah memenuhi syarat-syarat termaktub dalam ayat2 di atas, telah disahkan oleh Pengurus Besar serta mengenal intisab.
b. Kartu anggota diberikan kepada anggota yang telah memenuhi ayat 3a Pasal ini, dan masa berlaku kartu anggota adalah lima tahun.
c. Pengurus Besar dapat melimpahkan wewenang penerimaan permintaan menjadi anggota dan memberi kartu anggota kepada Pengurus Wilayah dan atau Pengurus Daerah. Pelimpahan wewenang tersebut dan ketentuan pelaksanaanya diatur dengan keputusan Pengurus Besar untuk masing-masing Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah yang dimaksud.
d. Anggota Kehormatan ditetapkan oleh Pengurus Besar atau atas usul Pengurus Wilayah atau usul Pengurus Daerah.
e. Anggota Kehormatan mendapat kartu anggota khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Besar.

4.Hak anggota biasa

a. Setiap anggota biasa mempunyai hak suara, hak memilih dan di pilih dalam semua jabatan Perhimpunan serta mengajukan pendapat
b. Setiap anggota biasa berhak hadir dan bicara pada rapat-rapat Perhimpunan di luar daerah dimana ia terdaftar atas seijin pengurus Perhimpunan setempat.
c. Setiap anggota biasa berhak memperoleh penjelasan dan memberikan pendapat tentang kegiatan pengurus Perhimpunan.

5. Kewajiban anggota biasa:

a. Taat melaksanakan ajaran Islam
b. Melaksanakan usaha-usaha Perhimpunan secara taat kepada peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan Perhimpunan
c. Meningkatkan dan mengembangkan prestasi dalam beramal memperluas wawasan din al-Islam serta menguasai ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan sesuai dengan tujuan Perhimpunan.
d. Turut memejukan,memperkuat kedudukan dan menjaga nama baik Perhimpunan.
e. Menumbuhkan dan meningkatkan kekeluargaan Perhimpunan serta turut menciptakan ukuwah Islamiyah.

6. Anggota Kehormatan barhak memberikan pertimbangan dan saran-saran pada Perhimpunan

7. Setiap anggota baru yang pindah tempat tinggalnya diwajibkan memberitahukan secara tertulis kepada pengurus Perhimpunan terdekat selanjutnya dilaporkan kepada pengurus Perhimpunan yang berwenang

8. 8.Anggota berhenti karena :

a. Atas permintaan sendiri
b. Meninggal dunia atau
c. Keputusan Pengurus Besar, karena melanggar ketentuan ajaran Islam, melanggar ketentuan-ketentuan Perhimpunan dan merusak nama baik Perhimpunan

9. Pemberhentian hanya dilakukan oleh Pengurus Besar setelah dipertimbangkan bersama Dewan Pembina. Kepada anggota yang diberhentikan dapat mengajukan keberatannya atau membela diri di Muktamar.

10. Pemberhentian dilaksanakan atas usul pengurus Perhimpunan yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu dikeluarkan penetapan skorsing (pembekuan keanggotaan) yang dikeluakan oleh Pengurus Besar untuk masa paling lama enam bulan.

11. Dalam masa skorsing anggota yang bersangkutan dapat melakukan usaha pembelaan dirinya dihadapan sidang / Rapat Pleno

12. Anggota yang diskors dan tidak melakukan usaha pembelaan diri selama masa skorsing nyatakan sah menerima keputusan pemberhentian dan Pengurus Besar.

13. Skorsing :

a. Anggota yang selama satu tahun atau lebih tidak melaksanakan atau melalaikan kewajiban seperti ketentuan pasal 2 ayat 5 mendapat peringatan tertulis dari Perhimpunan setempat.
b. Anggota yang tidak memperhatikan tiga kali peringatan tertulis dalam jangka waktu masing-masing satu bulan dari Perhimpunan dinyatkan sah untuk dapat skorsing yang diberitahukan secara tertulis.
c. Anggota yang secara sah dan menyakinkan telah melanggar ketentuan syar’i tanpa didahului peringatan, dikenakan skorsing oleh Pengurus Besar setelah terlebih dahulu diusulkan oleh Pengurus setempat.

Pasal 4

WANITA, PEMUDA, PELAJAR DAN MAHASISWA

1. Setiap anggota wanita PUI, dan mahasiswa PUI berhak ikut serta dalam seluruh bagian atau susunan kepengurusan Perhimpunan pada semua tingkatan, sesuai dengan tuntutan Islam.

2. Kegiatan wanita, pemuda, pelajar dan mahasiswa di dalam Perhimpunan, secara khusus diselenggarakan oleh dua buah badan otonom masing-masing, yaitu wanita PUI, pemuda PUI yang diatur dalam peraturan khusus Pengurus Besar.

3. Kedua badan otonom, sbagaimana pada ayat 2 diatas berada di bawah pembinaan,pengurus Perhimpunan pada tingkatan masing-masing di bawah kordinasi pengurus Besar dan bertanggung jawab pad Muktamar.

Pasal 5

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, LEMBAGA BANTUAN HUKUM DAN KOPERASI

1. Kegiatan penelitian dan pengembangan (Litbang), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Koperasi Perhimpunan, diseleng-garakan oleh tiga badan otonom.

2. Badan otonom, sebagaimana pada ayat 1 di atas berada di bawah pengawasan dan pembinaan pengurus Perhimpunan pada tingkatan masing-masing, serta bertanggung jawabkepad Pengurus Besar.

Pasal 6

SUSUNAN PERHIMPUNAN

1. Pengurus Perhimpunan disusun dalam tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah,Pengurus cabang, Pengurus ranting,dan Pengurus Jama’ah.

2. Sedikitnya 15 (lima belas) anggota di suatu tempat atau lingkungan tertentu dapat menyusun dirinya dalam ikatan Pengurus Ranting atau Pengurus Jama’ah.

3. Sedikitnya tiga Pengurus Ranting atau pengurs Jama’ah atau yang dipersamakan disusun dalam ikatan Pengurus Cabang.

4. Sedikitnya tiga Pengurus Cabang dalam suatu kabupaten atau kotamadya atau atau yang dipersamakan disusun dalam ikatan Pengurus Wilayah.

5. Sedikitnya tiga Pengurus Daerah dalam satu propinsi atau yang setingkat, disusun dalam ikatan Pengurus Wilayah.

6. Yang belum memenuhi persyaratan yang dimaktub dalam pasal 4ayat 2,3,4,dan 5 masing-masing merupakan Pengurus Persiapan di bawah bimbingan dan pengawasan Pengurus Besar atau Pengurus Perhimpunan yang memperoleh wewenang dari Pengurus Besar.

7. Pengurus Besar merupakan pengurus tertinggi dalam Perhimpunan.

8. Di tempat-tempat yang dianggap penting, Pengurus Besar dapat menetapkan perwakilan Pengurus Besar.

Pasal 7

SUSUNAN PENGURUS

1. Dewan penasehat terdiri atas seorang ketua atau lebih, seorang sekretaris atau lebih, yang semuanyamerangkap sebagai anggota dan beberapa anggota.

2. Dewan penasehat diadakan pada tingkat-tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, dan Pengurus Daerah.

3. Dewan pakar terdiri atas seorang ketua atau lebih, seorang sekretaris atau lebih, yang semuanya merangkap anggota, dan beberapa orang anggota.

4. Dewan pakar diadakan pada tingkat Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah.

5. Pengurus Besar Pleno terdiri atas Ketua Umum, seorang atau beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum, seorang atau beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum, seorang atau beberapa orang Bendahara, para Ketua Majelis dan Anggota Pengurus Besar dan Pimpinan Badan-badan Otonom.

6. Pengurus Besar Harian terdiri atas Ketua Umum, Ketua (Ketua), sekretaris Jenderal, Wakil (Wakil) Sekretaris Jenderal, dan Bendahara (bendahara).

7. Pengurus Wilayah lengkap terdiri atas Ketua Umum, seorang atau beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Umum, seorang atau beberapa orang Sekretaris, seorang atau beberapa orang Bendahara, Ketua Majelis, dan Anggota Pengurus Wilayah, dan Anggota Pengurus Wilayah.

8. Pengurus Wilayah harian terdiri atas Ketua Umum, Ketua (ketua). Sekretaris Umum, sekretaris (sekretaris), dan Bendahara (bendahara).

9. Pengurus Daerah lengkap terdiri atas seorang atau beberapa orang Ketua, seorang atau beberapa Sekretaris, seorang atau beberapa orang Bendahara, para Ketua Majlis, dan anggota Pengurus Daerah.

10. Pengurus Daerah harian terdiri atas Ketua (ketua), Sekretaris-(sekrataris), dan Bendahara-(bendahara).

11. Pengurus Cabang, Ranting dan Jama’ah Lengkap terdiri atas seorang atau beberapa orang Ketua, seorang atau beberapa orang Sekretaris, seorang atau beberapa orang Bendahara, para Ketua Majlis, dan Anggota Pengurus Cabang Ranting, dan Jama’ah.

12. Pengurus Cabang, ranting atau Jama’ah Harian terdiri atas Ketua (ketua), Sekretaris-(sekrataris), dan Bendahara-(bendahara).

13. Para Ketua dalam Pengurus Harian, dapat berbagai tugas dan mengkoordinasikan kegiatan Majelis-majelis yang ditentukan.

14. Pada seluruh tingkatan kepengurusan Perhimpunan diadakan Majelis-majelis yang terdiri atas:

a. Majelis Pandidikan dan Pengajaran,
b. Majelis dakwah dan Penerangan,
c. Majelis sosial dan Hubungan antar Ummat,
d. Majelis Wakaf,
e. Majelis Ekonomi,

15. Setiap Majelis dipimpin oleh pimpinan Majelis yang terdiri atas Ketua (ketua), dan beberapa anggota.

16. Majelis dapat dilengkapi oleh badan/Lembaga atau kelompok Kerja yang diatur oleh Tata Tertib Majelis yang ditetapkan oleh Pengurus Besar.

17. Anggota Pengurus Perhimpunan, adalah orang-orang yang sangat diharapkan dapat membantu melaksanakan usaha-usaha Perhimpunan.

18. Anggota Pengurus Perhimpunan diadakan pada seluruh tingkatan kepengurusan Perhimpunan. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengurus Perhimpunan.

Pasal 8

KEWAJIBAN PENGURUS

1. Pengurus Ranting dan Jama’ah :
a. Memimpin dan mewakili Perhimpunan serta anggota Perhimpunan dalam lingkungan daerahnya keluar maupun kedalam.
b. Melaksanakan instruksi-instruksi dan ketetapan-ketetapan pengurus Perhimpunan di atasnya, melaksanakan keputusan-keputusan Musyawarah Anggota serta bertanggungjawab kepada Musyawarah Anggota dan Pengurus Cabang.
c. Membimbing para anggota dalam beramal ibadah kepada Allah SWT, meningkatkan kesadaran berorganisasi dan menyalurkab kegiatan dalam amal usaha Perhimpunan sesuai dengan bakat dan kemampuan para anggota.
d. Membina, membimbing dan merekomendasikan kegiatan Badan Otonom atau Lembaga tingkat Ranting dan atau Jama'ah

2. Pengurus Cabang :
a. Memimpin dan mewakili Perhimpunan dalam lingkungan Cabang keluar maupun kedalam.
b. Melaksanakan instruksi-instruksi dan ketetapan-ketetapan pengurus Perhimpunan di atasnya serta meneruskan kepada pengurus bawahannya untuk melaksanakan keputusan-keputusan Musyawarah Cabang, serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Cabang dan Pengurus Daerah.
c. Membina, membimbing dan mengkoordinasikan amal usaha serta kegiatan-kegiatan Pengurus Ranting dan atau pengurus Jama’ah di bawahnya, serta Badan Otonom atau Lembaga Tingkat Cabang.

3. Pengurus Daerah.
a. Memimpin dan Mewakili Perhimpunan dalam daerah kepengurusannya keluar maupun ke dalam.
b. Menentukan kebijaksanaan Perhimpunan dalam daerahnya berdasarkan kebijaksanaan Perhimpunan di atasnya, hasil Musyawarah Daerahnya serta melaksanakan instruksi-instruksi, ketetapan-ketetapan Perhimpunan di atasnya, keputusan-keputusan Musyawarah Daerah dan bertanggung jawab kepada Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Besar.
c. Meneruskan instruksi-instruksi dan keputusan-keputusan Pengurus Perhimpunan di atasnya kepada pengurus Perhimpunan bawahannya, dan mengkoordinir serta mengawasi pelaksanaannya.
d. Membina, membimbing, dan mengkoordinasikan kegiatan dan amal usaha pengurus cabang di bawahnya, serta badan Otonom dan atau Lembaga tingkat Daerah.

4. Pengurus Wilayah :
a. Memimpin dan mewakili Perhimpunan dalam wilayah kepengurusannya ke luar maupun ke dalam, dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Wilayah dan Pengurus Besar.
b. Menentukan kebijaksanaan Perhimpunan dalam wilayah berdasarkan kebijaksanaan Pengurus Besar dan keputusan-keputusan Musyawarah Wilayah.
c. Meneruskan instruksi-instruksi, keputusan-keputusan Pengurus Besar, keputusan-keputusan hasil Musyawarah Wilayah, keputusan-keputusan Pengurus Wilayah, dan meneruskan kepada pengurus-pengurus bawahannya, serta mengkoordinir dalam pelaksanaannya.
d. Membina, membimbing, dan mengkoordinasikan kegiatan dan amal usaha Pengurus Daerah dibawahnya, sera Badan Otonom dan atau Lembaga tingkat Wilayah.

5. Pengurus Besar :
a. Pengurus Besar memimpin serta mewakili Perhimpunan ke dalam dan ke luar, serta bertanggung jawab kepada Muktamar.
b. Pengurus Besar Harian memimpin Perhimpunan sehari-hari dan bertanggung jawab kepada Pengurus Besar Pleno.
c. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pengurus Besar menyusun pedoman, pembagian tugas, serta wewenang para pengurus.

6. Dewan Penasehat :
a. Memberikan saran-saran dan masukan khususnya tentang maslah-masalah eksternal Perhimpunan.
b. Memberikan fatwa tentang masalah-masalah hukum syar’iyah yang muncul pada masyarakat.
c. Dewan Penasihat Pusat menyusun dan menetapkan Tata Tertib Perhimpunan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan Perhimpunan.

7. Dewan Pakar :
a. Memberikan saran-saran dan masukan khususnya tentang masalah-masalah internal Perhimpunan.
b. Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki daya saing tinggi dan berakhlak mulia.
c. Dewan Pakar menyususn dan menetapkan Tata Tertib Dewan Pakar Perhimpunan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Pasal 9

PEMILIHAN DAN PENGANGKATAN PENGURUS

1. Pengurus Besar Harian, Dewan Penasihat Pusat, dan Dewan Pakar Pusat dipilih oleh Muktamar untuk masa jabatan lima tahun.

2. Anggota Majelis-Majelis dan Pengurus Besar ditetapkan oleh Pengurus Besar Harian.

3. Pengurus Wilayah, Dewan Penasihat Wilayah, ditetapkan masing-masing oleh pengurus Besar, untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan Musyawarah Wilayah.

4. Pengurus Daerah dan Dewan Penasihat Daerah ditetapkan masing-masing oleh Pengurus Wilayah dan Dewan Penasihat Wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan Musyawarah Daerah.

5. Pengurus Cabang ditetapkan oleh Pengurus Daerah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan oleh Musawarah Cabang.

6. Pengurus Ranting/Jama’ah ditetapkan oleh pengurus Cabang untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan oleh Musawarah Anggota.

7. Karena suatu hal di antara Pengurus Perhimpunan tidak dapat melakukan tugas sebagai Pengurus Perhimpunan atau berhenti sebagai anggota, Pengurus Perhimpunan Harian dapat menambah atau menggantinya, dan ditetapkan oleh pengurus Perhimpunan Pleno atu pengurus Perhimpunan Lengkap.

8. Dalam keadaan tertentu, penentuan pengurus Cabang, Ranting dan atau Jama’ah secara langsung dapat dilakukan oleh Pengurus Besar atau Pengurus Wilayah.

9. Anggota Perhimpunan dapat dipilh dan disahkan sebagai pengurus apabila anggota Perhimpunan tersebut telah aktif secara terus menerus minimal satu tahun, kecuali Musyawarah menetapkan lain.

Pasal 10

LEMBAGA DAN ATAU BADAN OTONOMI

1. Badan Otonomi yang dibentuk oleh Perhimpunan, berdasarkan amanat muktamar adalah Wanita PUI, Pemuda PUI, Litbang PUI, LBH PUI, dan Koperasi PUI.

2. Badan Otonom, sebagaimana ayat 1 (satu) di atas, diatur oleh peraturan khusus Pengurus Besar.

3. Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga badan Otonom disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pengurus Besar serta disahkan oleh Pengurus Besar.

4. Tingkatan organisasi badan otonomi sesuai dengan tingkatan organisasi Pengurus Besar, kecuali Litbang PUI, LBH PUI, dan Koperasi PUI.

5. Badan otonom lainnya yang karena pertimbangan tertentu dipandang perlu dapat dibentuk oleh Pengurus Besar melalui Muktamar Luar Biasa atau Musyawarah Besar.

6. Untuk pertama kalinya, pengurus badan-badan otonom di tingkat pusat sebagaimana pada ayat 1 (satu) dipilih dan disahkan oleh Muktamar Perhimpunan.

7. Dengan memperhatikan ayat 4 diatas Pengurus Badan Otonom tingkat Wilayah, Daerah, Cabang, Ranting dan Jama’ah untuk pertama kalinya dipilih dalam rapat Pleno masing-masing tingkat kepengurusannya dan disyahkan oleh Pengurus Perhimpunan di atasnya.

Pasal 11

MUKTAMAR

1. Muktamar di selenggarakan oleh Pengurus Besar lima tahun sekali, dihadiri oleh para Pengurus Besar, Dewan Penasihat Pusat, Dewan Pakar Pusat, utusan badan-badan otonom tingkat pusat, utusan pengurus Wilayah, dan Pengurus Daerah Pengurus Daerah-Daerah.

2. Muktamar dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh sedikitnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang berhak hadir.

3. Jika muktamar tidak dapat dilangsungkan karena syarat yang termaktub dalam ayat dua pasal ini tidak dapat terpenuhi maka Muktamar beriktnya dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah dengan tidak mengingat ketentuan syarat tersebut.

4. Muktamar Luar Biasa dapat dilaksanakan apabila dipandang sangat perlu oleh pengurus Besar atau atas permintaan sedikitnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pengurus Daerah.

5. Muktamar membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Pengurus Besar, menyusun program amal, menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja, menyelenggarakan pemilihan pengurus Besar Harian, Dewan Penasehat Pusat, Dewan Pakar Pusat, Badan Otonom Pusat dan hal-hal lain yang dipandang perlu.

Pasal 12

MUSYAWARAH BESAR DAN MEMUSYAWARAHKAN KERJA

1. Musyawarah Besar diadakan untuk memusyawarahkan hal-hal khusus yang dipandang perlu, dan dihadiri oleh para Pengurus Besar, dewan Penasehat Pusat, Dewan Pakar Pusat utusan badan-badan otonom tingkat pusat, utusan-utusanpengurus Wilayah, dan pengurus Daerah.

2. Musyawarah Besar dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah, jika dihadiri sekitar 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang berhak hadir.

3. Jika syarat yang termaktub dalam ayat 2 pasal ini tidak dapat dipengaruhi, Musyawarah Besar dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah apabila dipandang perlu oleh Pengurus Besar atau atas permintaan sedikitnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah utusan yang hadir, dengan tidak mengingat ketentuan syarat tersebut.

4. Musyawarah kerja dihadiri oleh para pengurus Besar, Dewan Penasihat Pusat, Dewan Pakar Pusat, utusan badan-badan otonom tingkat pusat,dan utusab-utusan Pengurus Wilayah, dan Pengurus daerah.

5. Musyawarah kerja dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah, apabila dihadiri sedikitnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah yang berhak hadir.

Pasal 13

MUSYAWARAH WILAYAH DAN DAERAH

1. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh para pengurus Wilayah, Dewan Penasehat Wilayah, Dewan Pakar Wilayah, utusan badan-badan otonom tingkat Wilayah, Dewan Pakar Wilayah, utusan badan-badan otonom tingkat Wilayah, utusan-utusan Pengurus Daerah, dan Cabang dalam lingkungan wilayahnya.

2. Musyawarah Daerah dihadiri oleh para pengurus Daerah, Dewan Penasehat Daerah, utusan badan-badan otonom tingkat Daerah, utusan-utusan pengurus Cabang, Pengurus Ranting, dan atau Pengurus Jama’ah.

3. Musyawarah Wilayah dan atau Daerah dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah apabila dihadiri 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang berhak hadir.

4. Musyawarah Wilayah dan atau Daerah membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Pengurus Wilayah dan atau Daerah, menyusun program amal, menetapkan Anggaran pendapatan dan Belanja Wilayah dan atau Daerah, menyelenggarakan pemilihan calon pengurus wilayah dan atau Daerah, Dewan Penasihat Wilayah dan atau Daerah, Dewan Pakar Wilayah, dan hal-hal lain yang dipandang perlu.

5. Dalam Musyawarah Wilayah dan atau Daerah, Pengurus Besar mengirimkan utusan-utusannya untuk memberikan petunjuk-petunjuk, menerima laporan dari pengurus Wilayah dan atau Daerah yang bersangkutan.

6. Pengurus Wilayah dan atau Daerah sewaktu-waktu dapat menyelenggarakan Musyawarah kerja Wilayah dan atau Daerah untuk membahas hal-hal yang khusus dan telah dikonsul-tasikan dengan Pengurus Besar.

Pasal 14

MUSYAWARAH CABANG DAN MUSYAWARAH ANGGOTA

1. Musyawarah Cabang dihadiri oleh para pengurus Cabang, utusan badan-badan otonom tingkat Cabang, utusan-utusan pengurus Ranting dan atau Jama’ah dalam lingkungan Cabangnya.

2. Musyawarah Anggota Ranting dan atau Jama’ah dihadiri oleh para pengurus Ranting dan atau Jama’ah utusan badan otonom tingkat Ranting, dan para anggota Perhimpunan dalam lingkungan Ranting dan atau Jama’ah.

3. Musyawarah Cabang dan atau Musyawarah Anggota dapat dilaksanakan dan dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sedikitnya2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang tidak hadir.

4. Musyawarah Cabang atau Musyawarah Anggota membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban pengurus Cabang, Ranting dan tau Jama’ah menyusun program amal, menetapkan Anggaran pendapatan dan Belanja, menyelenggarakan pemilihan calon pengurus cabang, pengurus Ranting dan atau pengurus Jama’ah, sertahal-hal yang dipandang perlu.

5. Dalam Musyawarah Cabang, Pengurus Daerah mengirimkan utusannya untuk memberikan petunjuk-petunjuk dan menerima laporan pengurus Cabang yang bersangkutan.

6. Dalam Musyawarah Anggota, Pengurus Cabang mengirimkan utusannya untuk memberikan petunjuk-petunjuk dan menerima laporan pengurus Ranting dan atau Jama’ah yang bersangkutan.

Pasal 15

RAPAT-RAPAT

1. Rapat Pleno Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, dan Pengurus Daerah dihadiri oleh para pengurus Harian, para Ketua Majelis, Anggota-Anggota Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, dan pimpinan badan-badan otonom pada tingkat masing-masing.

2. Rapat Lengkap Pengurus Cabang,Pengurus Ranting, dan atau pengurus Jama’ah dihadiri oleh para pengurus Harian, para Ketua Majelis dan Anggota-anggota Pengurus Cabang, Pengurus Ranting dan atau Pengurus Jama’ah dan pimpinan badan-badan otonom pada tingkatan masing-masing.

3. Rapat Pengurus Harian dihadiri oleh para pengurus Harian dan para Ketua Majelis yang dipandang perlu oleh pengurus Harian sehubungan dengan acara rapat.

4. Rapat-rapat pengurus Perhimpunan diadakan sesuai dengan kebutuhan Perhimpunan.

5. Rapat-rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah peserta rapat yang berhak hadir. Keputusan-keputusan rapat dinyatakan sah apabila disetujui oleh suara terbanyak dari peserta yang hadir.

6. Jika rapat tidak dapat dilangsungkan karena syarat yang termaktub dalam ayat 5 pasal ini tidak dapat terpenuhi, maka rapat dihentikan beberapa saat dan dapat dilanjutkan setelah disetujui seluruh peserta yang hadir dan atas pertimbangan Pimpinan Rapat.

7. Rapat dipimpin oleh Ketua Umum, Ketua atau Wakil Ketua perhimpunan. Jika berhalangan, rapat dipimpin oleh salah seorang peserta rapat yang ditunjuk oleh Ketua Umum, Wakil Ketua, atau atas Keputusan Rapat.

Pasal 16

HAK SUARA
1. Muktamar, Musyawarah Besar, dan Musyawarah Kerja.
a. Pengurus Besar, Dewan Penasihat, Dewan Pakar dan Pimpinan Badan-badan otonom masing-masing mempunyai hak satu suara.
b. Tiap-tiap Wilayah dan Daerah yang telah disahkan dan hadir, masing-masing mempunyai hak satu suara.
c. Untuk tiap sedikitnya lima Daerah yang hadir, Wilayah yang bersangkutan berhak atas tambahan satu suara.

2. Musyawarah Wilayah
a. Pengurus Wilayah Dewan Penasihat Wilayah, Dewan Pakar Wilayah, dan Pimpinan Badan-badan Otonom tingkat Wilayah masing-masing mempunyai hak satu suara.
b. Tiap Daerah dan Cabang yang telah disahkan dan hadir, masing-masing mempunyai hak satu suara.
c. Untuk tiap sedikitnya tiga cabang yang hadir, Daerah yang bersangkutan berhak atas tambahan satu suara.

3. Musyawarah Daerah
a. Pengurus Daerah, Dewan Penasehat Daerah, Pimpinan Badan -badan Otonom tingkat Daerah masing-masing mempunyai hak satu suara.
b. Tiap Cabang yang telah disahkan dan hadir, mempunyai hak satu suara.
c. Untuk tiap sedikitnya tiga Ranting dan atau Jama’ah yang telah disahkan, Cabang yang bersangkutan berhak atas tambahan satu suara.

4. Musayawarah Cabang
a. Pengurus Cabang, dan pimpinan Badan-badan tingkat Cabang mempunyai hak satu suara.
b. Tiap-tiap Ranting atau Jama’ah yang telah disahkan dan hadir, mempunyai hak satu suara.

5. Musyawarah Anggota
a. Pengurus Ranting dan atau Jama’ah dan Pimpinan Badan-badan Otonom tingkat Ranting masing-masing hak satu suara.

6. Rapat-rapat
a. Tiap-tiap Anggota Perhimpunan yang hadir pada rapat Pleno atau Lembaga dan Rapat Harian Pengurus Perhimpunan, mempunyai hak satu suara.

7. Pemungutan Suara
a. Pemungutan suara dilakukan apabila Permusyawaratan atau rapat menentukannya dan masalah yang dibicarakan telah dipahami oleh peserta yang hadir.
b. Pemungutan suara mengenai seseorang dilakukan dengan bebas dan rahasia, kecuali permusyawaratan atau rapat menghendaki cara lain.
c. Suatu keputusan berdasarkan pemungutan suara dinyatakan sah apabila disetujui disetujui oleh lebih dari separuh jumlah peserta permusyawaratan atau rapat yang berhak hadir.
d. Jika pemungutan suara menghasilkan jumlah suara yang sama, maka pimpinan permusyawaratan atau pimpinan Rapat berhak menentukan keputusan.

Pasal 17

KEUANGAN DAN KEKAYAAN

1. Uang pangkal dan uang iuran bulanan, besarnya ditetapkan oleh Muktamar atau oleh pengurus Besar berdasarkan Anggaran dan Belanja Perhimpunan.

2. Pengurus Besar dapat membentuk Badan-badan Wakaf, Hibah, dan Wasiat yang bertugas sebagai Nadir dan Pengelolanya.

3. Muktamar berhak membentuk Badan pemeriksa Keuangan dan Kekayaan Perhimpunan, terdiri atas sedikitnya tiga orang, dan bertanggung jawab kepada Muktamar.

4. Badan Pemeriksa Keuangan dan Kekayaan dapat di bentuk di setiap tingkat Perhimpunan, berdasarkan keputusan Permusyawaratan Perhimpunan, terdiri atas sedikitnya tiga orang, badan tersebut bertanggung jawab kepada Permusyawaratan Perhimpunan.

Pasal 18

PENUTUP

1. Hal-hal lain yang tidak atau belum cukup di atur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan di atur oleh Pengurus Besar.

2. Anggaran Rumah Tangga ini menjadi pengganti Anggaran Rumah Tangga sebelumnya , dibuat oleh Muktamar dan disahkan Muktamar, tanggal 11 Rabiul Akhir 1420 H atau

tanggal 25 Juli 1999 M.
Sukabumi, 12 Rabiul Akhir 1240 H
25 Juli 1999 M


0 komentar:

Menyediakan Produk Thibbun Nabawi - Toko Grosir Obat Herbal

  © Copyright 2009 Pemuda Persatuan Umat Islam Creative by Bid.Kesekretariatan 2009

Back to TOP